LUKMANUL HAKIM DAN TUKANG KRITIK

.

Betapa dalam keseharian kita selama kurun 11 tahun terakhir ini, banyak sekali bermunculan para kritikus-kritikus tampil di hadapan publik, gaya bicaranya pakar semua, ahli semua, lihay semua, seakan menguasai semua permasalahan. Seakan kalau dia yang menangani urusan, beres semua. Sebaliknya, kalau urusan itu dikelola oleh orang lain, sekalipun orang lain tersebut adalah benar-benar pakar dibidangnya, tetap saja salah dimata pakar-pakar dadakan yang diberi gelar 'pakar' oleh para kuli tinta karena mereka sering malang-melintang di dunia pertelevisian kita dan media cetak nasional.

Untuk itu, saya ingin mengajak kita semua "Mengingat plus mencermati" petuah Lukmannul Hakim, seorang arif bijaksana yang namanya diabadikan Sang Khaliq dalam Alquranul Karim kepada anaknya yang ceritanya begini...


Suatu ketika, Lukmanulhakim dan anaknya menempuh suatu perjalanan dari kampung A ke kampung E dengan mengenderai seekor keledai yang tidak terlalu besar, sedang-sedang saja. Kebetulan yang menunggang keledai adalah Lukman sementara anaknya berjalan menuntun tali keledai tersebut.

Begitu mereka berdua melewati kampung B, dan melewati sekelompok pemilik mulut usil (tukang kritik alias tukang cemooh), maka muncullah kritik dari pemilik mulut gatal yang mengatakan, "Wahai Lukman, teganya kamu, mestinya kamu yang berjalan, mengalah sajalah dengan anakmu, apakah kamu tidak kasihan dengan anakmu yang berkeringat berjalan. Sementara kamu duduk enak di atas keledai!!??"

Mendengar kritikan itu, Lukman pun turun dan disuruhnyalah anaknya yang duduk di atas punggung keledai, bergantian. Dan begitu mereka melewati kampung C, di sana pun mereka mendapat kritik alias cemoohan dari pemilik mulut gatal yang berada di kampung C yang mengatakan " Lihatlah kawan-kawan, betapa durhakanya anak Lukman. Dia enak di atas sementara bapaknya keringatan berjalan, dasar anak durhaka".

Dari kritik itu, akhirnya Lukman memutuskan dengan memilih menunggang keledai berdua sekaligus dengan anaknya supaya tidak ada lagi suara-suara sumbang. Namun sobat, ketika mereka melewati kampung D, kaum pengkritik alias pemilik mulut berulat yang ada di situ pun melontarkan kritiknya, " Hei Lukman, di mana kau taruh otakmu, apakah kamu berdua tidak kasian dengan keledai sampai-sampai kamu berdua tega menungganginya berdua, padahal keledai milikmu bukan keledai besar??!!"

"Wah salah lagi Nak," kata Lukman pada anaknya, "Lebih baik kita turun dan tuntun saja keledai ini agar tidak salah lagi di mata orang lain" kata Lukman lebih lanjut kepada anaknya. Namun lagi-lagi begitu mereka berdua melewati kampung E, eeeee...ee....., ternyata kriktik dan cemooh tetap juga datang dari para pemilik mulut berulat yang ada di kampung E. pengeritik mengatakan, " Ooii Lukman..., kenapa tidak kau manfaatkan saja keledaimu itu, mau-maunya kamu dan anakmu bersusah payah berjalan kaki. Sekiranya aku, pastilah kutunggani itu keledai karena fungsinya memang untuk ditunggang!!!

Nah sobat, dari cerita itu, dan dari kritikan-kritikan itu, kedengaran semuanya benar- dan memang benar apabila dipandang dari sisi si pengkritik. Karena si pengkritik pun tidak menguasai seluruh kronologis cerita perjalanan si lukman. Padahal apa-apa yang mereka lontarkan menjadi kritikan, sesungguhnya telah pula dilakukan Lukman dan anaknya. Namun karena si pengkritik tidak mengikuti secara utuh perjalanan Lukman, maka lahirlah kritikan-kritikan yang parsial alias sepotong-sepotong.

Oleh Karena itu, wasiat lukman kepada anaknya adalah, " Wahai anakku, apabila kamu di dalam mengambil keputusan, kebijakan, tidak semata-mata disandarkan kepada pendapat orang lain untuk ukuran kebenaran, tapi tanyakan pada hati nuranimu, laksanakanlah apabila benar dan tepat menurut nurani yang terdalam. Karena kalau didasarkan atas komentar dan pendapat orang-orang belum jaminan sebuah keputusan yang bijak dan arif. Karena kritikan mulut biasanya dilandasi oleh bermacam-macam unsur. di antaranya, ada unsur dengki, iri, arogan, mengecoh, menjebak, hianat, dusta dan sebagainya.

Klik di sini untuk melanjutkan

TIPS JITU MENGHADAPI UJIAN ATAU TEST LAINNYA...

.

Pada postingan kali ini dirasa perlu berbagi tips, atau resep, atau petuah, atau wejangan, atau apalah namanya, kepada pelajar dan mahasiswa  yang akan menempuh Ulangan, Midle Tes, Ujian, Final Test, Atau juga untuk mengikuti Test-test lainnya supaya bisa berhasil sebagaimana diharapkan.  Karena selama ini kebanyakan dari kita hanya mengandalkan salah satu saja cara tuk menggapai sebuah keberhasilan.

Berikut, apa saja butiran tips dimaksud, silakan.....

1. Rajin Melaksanakan Ikhtiar Bathin;

a. Artinya; sejak sekarang para siswa yang mau ujian nasional atau bagi mahasiswa yang mau final test harus rajin ibadah, jangan tinggalkan sholat lima waktu, sholat tahajud, sering-sering berdo'ar kepada tuhan, rajin bersedekah, dan apabila saat ujian atau final test  (atau mungkin juga ikut test CPNS)  kian dekat waktunya, jangan lupa sholat hajat yang dilaksanakan berkali-kali. Mintalah petunjuk, bimbingan, pertolongan kepada Allah dengan tulus ikhlas dan berserah diri kepadanya supaya diberikan atau diilhami penguatan daya ingat, dibuka pikiran dan hati dalam memahami materi soal dan menemukan jawaban, Insya Allah terkabul hajatnya.

b. Sering-sering mewiridkan "Hasbunallahu Wani'mal Wakil" atau dapat pula dilengkapi dengan "Laa Hauwla Wala Quwwata Illa Billahil 'Aliyyil 'Aziim" setiap hari sebanyak-banyaknya.

c. Banyak-banyak membaca sholawat kepada nabi, lebih-lebih di saat menjawab butir- demi butir soal, Insya Allah diberi kemudahan dalam menjawab dan diilhami dengan munculnya ingatan, hapalan, dan pemahaman.

d. Disaat mau berangkat ujian ke sekolah atau mau ke kampus wajib berpamitan kepada Ibu-Bapa, Cium tangan beliau-beliau, plus minta do'a restu kepada mereka. (bagi yang orang tuanya sdh meninggal, maka ziarahilah kubur mereka. Doakan orang tua kita tuk dapat ampunan dari Allah SWT dan diberi kelapangan bagi mereka di alam kubur)

2. Melakukan ikhtiar Lahir;

a. Rajin dan giat belajar; baik dalam bentuk membaca buku secara mandiri di rumah, minta bantuan saudara, orang tua, atau belajar berkelompok dengan teman.

b. (bagi mahasiswa) Jangan segan-segan mengakrabkan diri dengan dosen, lakukan diskusi ringan dengan beliau-beliau baik saat berlangsungnya kegiatan perkuliahan maupun di luar itu. Serta sering2lah mengunjungi library tuk menambah perbendaharaan ilmu.

c. ( Bagi siswa ) Sering-sering latihan menjawab soal-soal, baik itu soal ujian tahun lalu maupun soal-soal try aout yang dibuat oleh banyak perguruan tinggi untuk latihan siswa.

d. ( Bagi siswa ) Memahami standar kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap materi pelajaran. Kalau tidak tahu atau tidak mengerti, tanyakan kepada guru mengenai standar kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap materi pelajaran, supaya buku yang dipelajari, di telaah, temanya tepat sasaran dengan soal-soal ujian.

Nah, sekiranya semua itu dilaksanakan, diterapkan, Insya Allah ujiannya atau final test, atau test apa saja  berpeluang besar akan berhasil. Tapi ingat, sayaratnya harus tulus dan ikhlas dalam mengamalkan resep ini.  Jangan sampai lupa itu, Sebab kalau hatinya terpaksa, atau niatnya bercampur dengan hal lain, maka sia-sia lah resep sebagaimana point satu di atas.

Selamat berjuang, moga sukses !!! 

Klik di sini untuk melanjutkan

SURGA DAN PASSWORDNYA SOB.... !!!

.

Sobat..., pasti dari setiap kita semua manakala suatu saat nanti apabila meninggal dunia tentunya ingin masuk surganya Allah bukan???. Lalu..., apakah kita dimasukkan begitu saja oleh Tuhan kita ke sorga??? Tidak wahai kawanku. Kecuali kita benar-benar memiliki dan mengantongi tiga password atau tiga keywordnya friend. Lalu apa saja ketiga hal itu?????
Ketiganya ternyata apa yang telah dikenal luas selama ini yaitu ; sebagai triple (i)
Jadi kalau tidak memeliki password atau keyword tersebut jelas kita tidak bisa memasukinya karena ternyata tuhan selain menyediakan surga, juga telah mempersiapkan neraka bagi penampungan oang-orang yang tidak memiliki atau kehilangan password triple (i) tersebut.

Lantas apa saja triple (i) itu? Nah untuk lebih jelas dan lebih mudah di pahami ikuti cerita Imam Muslim, salah seorang Imam Hadits yang masyhur:

Suatu ketika disaat nabi muncul di antara kaum muslimin, lalu datang seseorang yang nampak rapi, bersih, dan tidak terkesan lusuh sebagaimana orang-orang yg sehabis menempuh perjalanan jauh. Namun seseorang tersebut juga bukanlah penduduk sekitar karena semua sahabat yang hadir di situ tidak ada yang mengenalinya. Orang asing tersebut langsung duduk berhadapan dengan nabiullah Muhammad SAW dan menanyakan : "Ya Rasulullah, apakah iman itu?" Rasul bersabda : "Yaitu dengan beriman kepada Allah, beriman kepada para malaikat, beriman kepada kitab-kitab Allah, beriman kepada nabi dan rasul, beriman atau percaya kepada hari kiamat, beriman kepada qadha dan qadar (Ketentuan Allah) Orang itu berkata:"Shadaqta ya Rasulullah" (engkau benar wahai rasul Allah). Kemudian ia bertanya lagi; "Ya rasullullah, apakah islam itu?" Rasul menjawab : " Islam yaitu; engakau bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah (dua kalimah syahadat), mendirikan shalat fardlu, memberikan zakat wajib, berpuasa di bulan Ramadlan, melaksanakan haji jikalau memiliki kemampuan. Orang itu berkata " Shadaqta ya Rasulullah" (enagkau benar wahai Rasul Allah). Kemudian ia meneruskan pertanyaannya lagi, "Ya Rasulullah..., apakah ihsan itu?" Nabi bersabda ; "Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, jika engkau tidak mampu melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Dia selalu melihatmu (artinya beribadah dan beramal shalih niat semata-mata karena Allah, bukan karena yang lainnya), Lalu orang itu (yang tiada lain dan tiada bukan adalah malaikat) berkata: "Shadaqta ya Rasulullah"..............dst.

Nah saudaraku semua, ternyata kunci untuk kita dapat memasuki surga itu sederhana sekali sebagaimana hal tersebut di atas yaitu; IMAN, ISLAM, IHSAN, (triple -i-) dan harus kita amalkan dalam keseharian kita, tidak sekedar untuk diketahui saja.

Jadi sekiranya kita tidak shalat saja maka kita hanya beriman saja, dan mungkin pula ihsan tapi belum islam. Kita tidak melaksanakan ibadah puasa Ramadhan maka kita hanya beriman saja dan mungkin pula ihsan tapi belum islam. Begitu pula sebaliknya, kita melaksanakan semua syariat islam sebagaimana tersebut di atas di tambah dengan melakukan aktivitas keseharian kita, namun niat hati kita tidak tulus semata-mata karena Allah, maka kita belum ihsan, dst....

Maka, kalau kondisi seperti itu ada pada kita di saat kita berlalu dari muka bumi ini, itulah yang pernah disebut oleh ustadz kesohor waktu itu dengan istilah "mampir dulu di neraka" dalam rangka pembersihan dan pencucian kekotoran kita. Karena kita tidak memiliki atau mengantongi ketiga kunci surga tersebut {miftahul jannah).

Oleh karena itu, marilah kita berupaya sambil memohon kepada Allah agar selalu diberikan hidayah, petunjuk, dan bimbingan agar kita selamat dunya dan akhirat kita. Amiiin.

Klik di sini untuk melanjutkan

TERNYATA KEBAHAGIAN ITU TIDAK DITEMUKAN DI WARUNG, SWALAYAN, ATAU MALL

.

Ternyata sobat, yang namanya positif thingking atau berfikiran positif atau berbaik sangka itu luar biasa Sob... dampaknya terhadap kesehatan jasmani, ketentraman hati, kebahagiaan yang dirasakan oleh hati dan jiwa kita. Dan kebahagiaan itu friend tidak ditemukan di warung, mini market, swalayan, bahkan di mall-mall besar sekalipun. Lalu di mana itu ditemukan??? Nah...

Sekarang pasti friend semua pernah "memelihara" yang namanya pikiran prasangka negatif dari sang otak, atau yang namanya dugaan atau bisikan negatif dari sang hati terhadap sesuatu hal semisalkan : "Jangan-jangan teman saya, sahabat saya, tetangga saya, atau anunya saya, mengatakan begitu-begini ke orang-orang tentang saya. Jangan-jangan orang tua saya tidak sayang ke saya, dia lebih sayang kepada kakak atau adik saya. Jangan-jangan guru atau dosen saya nanti... bala...bla... yang pada akhirnya praduga tak baik ini pun meluas kepada "Jangan-jangan Tuahn pun tidak sayang dan tidak memperhatikan saya. Jangan sampai demikian sobat.

Janganlah sobat pelihara hal semacam itu. Kenapa? Karena kasihan otak, hati, dan roh kita kalau hanya disuguhi makanan yang negatif atau yang jelek-jelek saja jam demi jam, hari demi hari, dan akhirnya sepanjang hidup kita.

Tidak kasihankah kita dengan otak, hati, dan roh kita. Padahal ketiganya menjadi sahabat abadi kita?

Maka kalau otak, hati, dan roh hanya disuguhi sesuatu yang jelek atau yang negatif maka tak mungkinlah jiwa kita (buah dari perpaduan ketiganya) akan tenang, damai, dan bahagia di dunia dan terlebih di akhirat kelak.

Karena di saat kita berlalu dari dunia ini nantinya, manakala roh terlepas dari jasa, yang disapa dengan manis dan lembut dan diterima dengan baik oleh sang khalik hanyalah jiwa-jiwa yang damai, tenang, tentram, alias jiwa yang tidak berpenyakit atau jiwa yang tidak memelihara penyakit. "Yaa Ayyatuhannafsul muthmainnah......., Wahai jiwa yang tenang..........

Nah sobat, itu sebabnya agama menganjurkan kita untuk tidak berburuk sangka, tetapi selalu berbaik sangka.

Kalau kita selalu berbaik sangka, kita pun tidak akan merasakan punya musuh, punya seteru, punya rival, tapi yang ada adalah sahabat.
Buang jauh-jauh prasangka yang tidak baik itu! Berikan makanan yang baik-baik utk otak, hati, dan roh kita. Sebagaimana kita belanja ke swalayan, mall, untuk memberi makan kepada jasmani kita. Kalau sudah demikian Insya Allah kedamaian, ketentraman, kesejukan, dan kebahagiaan akan kita rasakan bersama fiddunya wal akhirah.

Klik di sini untuk melanjutkan

DIINGAT, DIRENUNGKAN, DIRASAKAN, DAN DISELAMI...

.

Coba diingat-ingat, direnungkan, dirasakan, dan diselami manakala saudara kandung kita suatu ketika datang ke kita untuk minta bantuan barang sedikit atau banyak! Pasti pernah bukan? Maka...,

Usahakanlan jangan memberi jawaban yang menggambarkan ketidakpedulian kita, ketidakpekaan perasaan kita, ketidakingintahuan kita terhadap kebutuhan, terhadap persoalan yang ia hadapi. Lantas kita berucap "tidak ada, atau tidak punya, atau cari sendiri di lain", dan seterusnya. Padahal ia datang dengan wajah memelas, minta dikasihani, menandakan betapa butuhnya ia dengan pertolongan kita selaku saudaranya yang sedarah, seketurunan??? Janganlah demikian sobat, mangapa???

Karena, jangankan saudara kandung kita, orang lain pun kalau mampu kita bantu, kita beri bantuan. Apalagi terhadap saudara kandung kita yang sedarah dan satu garis keturunan. Karena manakala satu diantara saudara kita ada keperluan mendesak, ada persoalan yang harus ia selesaikan, maka yang ada dalam benaknya setelah terlebih dahulu memohon kepada Tuhan, pastilah kita-kita selaku saudara-saudaranya yang ia harapkan dengan sangat untuk dapat memberi bantuan jalan keluar baginya.

Sekarang, apakah kita tega membiarkan saudara kita menanggung sendiri beban persoalannya, kesulitannya, kesusahannya, kenestapaan nasib dirinya, terlebih jikalau terhadap saudara perempuan kita? Apakah kita tega melihatnya menuai kehampaan saja dari kita? Padahal kita saudaranya, namun kita bersikap masa bodoh, cuek, apatis, tak acuh. Lalu dimana nurani kita? Tegakah kita melihat wajah saudara kita yang kusut masai, resah, gundah gulana, galau dalam kesusahan? Padahal ia adalah salah satu darah daging kita juga yang sedang butuh pertolongan, butuh perhatian, kebersamaan kepada kita-kita selaku saudaranya dalam menangani persoalannya? Tentunya tidak buka???

Dan kalau pun kita tidak mampu juga memberi bantuan dalam bentuk materi, usahakan memberi bantuan dengan perhatian, pemikiran, saran, pendapat, dengan santun, ramah, menunjukkan rasa solider dan tidak perlu ada nada menyalahkan yang bermaksud memojokkannya. Karena moment kala seperti itu bukan menyalahkan yang tepat. Tetapi kita seharusnya berkewajiban pula turut serta menyelesaikan persoalannya secara bersama-sama dengan saudara kita yang lainnya.

Di sinilah sesungguhnya nurani kita diasah, diuji, diukur, ditimbang, seberapa tinggi nilai kita dalam memelihara ukhuwah, mempererat tali silaturrahim. Dimulai dari lingkungan rumah tangga, keluarga, melebar ke tetangga, ke lingkungan masyarakat sekitar kita.

Dan sesungguhnya, kepekaan nurani itu kalau kita latih, kita biasakan, kita tempa, terus dan terus lagi, ternyata memberikan kebahagian, kedamaian, kesejukan, ketentraman, kelembutan, di mata bathin kita. Itulah di antara yang diajarkan nabi kita dalam memperbagus akhlak kita-kita ini sobat.

Klik di sini untuk melanjutkan

NIKMATNYA KATA 'NAK' ITU

.

Betapa nikmatnya, senangnya, teduhnya, lembutnya, manakala orang tua kita memanggil kita dengan sapaan 'NAK...'. Kata itu kalau kita mau hayati dan rasakan dengan pikiran dan hati yang jernih, tergambar betapa dalamnya ungkapan kasih sayang mereka kepada kita sebagai anak. Dan tidak hanya itu....

Betapa pula mereka (orang tua kita) kerja banting tulang, tenaga, pikiran, dalam terpaan suka dan duka silih berganti demi memenuhi keperluan kita, biaya sekolah kita, pakaian kita, kebutuhan makan-minum kita, kenyamanan tempat tinggal kita dan lain-lain sampai kepada keperluan kita yang sesungguhnya tidak penting pun semisal untuk hanya sekedar kegiatan iseng-iseng anak muda, pun mereka coba penuhi dan usahakan. Dan itu mereka lakukan sejak kita bayi, anak-anak, remaja, bahkan tidak jarang pula sampai kita dewasa pun terkadang kita butuh sesuatu kepada mereka. Bayangka!!! Itu semua mereka lakukan tanpa pamrih, tulus, demi si anak. Luar biasa perjuangan dan pengorbanan orang tua kita sobat, kalau kita mau renungkan, pikirkan, secara mandalam.

Betapa sesungguhnya semua orang tua menginginkan anaknya kelak berguna bagi agamanya, masyarakatnya, dan negaranya. Tidak ada orang tua yang tidak berkehendak seperti itu. Tidak ada orang tua yang berniat supaya anaknya kalau sudah remaja and dewasa nanti supaya jadi preman, jadi berandal, jadi musuh masyarakat, jadi anak durhaka, jadi pengonsumsi obat terlarang, dll.

Dan betapa kecewanya serta sedih dan nelangsanya hati serta perasaan mereka jikalau kita ternyata persis sebagaimana gambaran paragraph 3 di atas. Masya Allah..., sedih hati keduanya. Tak terbayangkan oleh keduanya disaat kita masih dalam momongan, ayunan, bahwa kita kelak akan menjadi anak yang rusak.

Sebaliknya, betapa bahagianya perasaan mereka sekiranya kita dapat menjadi anak yang berbakti, taat, memperhatikan mereka, hormat kepada mereka, Subhanallah...,

Maka dari itu, mulailah memahami mereka dengan belajar meresapi, menghayati, merasakan, merenungkan, betapa kata-kata 'NAK' yang mereka ucapkan itu sebagai sesuatu yang sangat-sangat bernilai dan sungguh sayang kalau terabaikan, tidak termaknai oleh kita-kita, terlewatkan begitu saja. Karena di balik kata-kata 'NAK' itu ada sentuhan yang teramat lembut, teduh, yang membuat kita seharusnya tak mungkin sanggup untuk membantah mereka secara lisan meskipun untuk sesuatu hal yang berdasarkan anggapan kita kurang pas atau kurang benar. Namun dengan dengan kata 'NAK itu malah seharusnya dapat membuat hati kita tetap tersenyum saja manakala terjadi perbedaan persepsi dengan mereka. Karena kita berkewajiban untuk selalu membahagiakan hati mereka.
Ampunilah ya Allah dosa kedua orang tua kami, kasihilah mereka sebagaimana mereka mengasihi kami, Ya Allah.....,Amin.

Klik di sini untuk melanjutkan

TENTANG MENUNTUT ILMU

.

Nabi kita tercinta pernah berkata " Thalabul 'ilmi Fariidhatun 'alaa kulli muslimin". Nah..., menurut beliau menuntut ilmu itu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah) Lalu ilmu apa yang wajib kita tuntut? Di sini kita akui memang banyak berbeda persepsi. Tapi tidak mengapa karena perbedaan itu sendiri adalah "rahmat".
Bahwa memang sebagian dari kita menganggap yang wajib itu hanyalah Ilmu Agama, benar, tidak salah. Sementara yang lain ada mengatakan ilmu pengetahuan umum itu sunnat saja, bahkan ada yang mengkategorikan sebagai 'boleh' saja, juga benar. Karena pemilik kebenaran sejati hanyalah Allah.

Lalu pendapat yang berikut, (yang saya sendiri ikut di dalamnya) mengatakan bahwa menuntut ilmu agama itu wajib dan juga ilmu-ilmu bermanfaat lainnya juga wajib. Mengapa demikian? Karena yang namanya ilmu itu saling bersinergi, kait-mengkait. Buktinya, sesorang yang mempelajari ilmu sholat saja tentu dia harus tahu arah kiblat. Nah, konteksnya secara langsung tentu erat kaitannya dengan ilmu bumi, geografi, ilmu hitung, guna mengetahi dengan pasti arah dan derajat kiblat dari arah mata angin (timur, barat, utara, selatan). Juga untuk keperluan bulan puasa dan lain-lain.

Ada pun konteks secara tidak langsung namun sangat penting juga yaitu: Jikalau orang di luar Saudi Arabia atau bahkan di luar dua kota suci Mekkah dan Madinah sekalipun kalau ingin melaksanakan ibadah haji tentu butuh sarana transportasi semisal : infrastruktur jalan, bis, pesawat, kapal layar atau kapal laut, yang kesemuanya itu tentu dibuat dengan penguasaan dan kajian ilmu sain & teknologi (alias ilmu umum) bukan?

Kiranya sudah cukup segitu dulu contoh untuk mewakili bahwa kenapa saya ikut pendapat yang ketiga. Sementara masih banyak contoh-contoh lain yang memperkuat bahwa ilmu itu saling bersinergi dan berinteraksi satu dengan yang lain. Yang kesemuanya itu, asal dicermati dengan benar bermuara kepada pengenalan akan zat yang maha agung yaitu Allah. Sebagaimana penemuan pesawat luar angkasa apollo dan generasi seterusnya, justru semakin membuktikan akan kebenaran kejadian peristiwa Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW yang pada masa lampau tentu agak sulit masuk akal bagi kaum yang tidak beriman kepada Nabiullaah Muhammad SAW. Namun sekarang, hanya dengan ilmu'manusia' yang cuman sedikit sekali ternyata mampu membuktikan akan kebenaran peristiwa bersejarah itu. Apalagi dengan Ilmu dan IradahNya Allah.

Sekian dulu, mohon maaf sekiranya ada kesalahan dan kekurangan, karena itu merupakan cerminan dari kekurangan dan kelemahan yang ada pada diri saya. Sebaliknya, sekiranya ulasan di atas bermanfaat, tentu itu datang dari Allah semata.

Klik di sini untuk melanjutkan

MAKNA KATA 'INSYA ALLAH' DULU DAN SEKARANG

.

Kata Insya Allah dulu dan sekarang rupanya ada mengalami pergeseran makna. Walau sesungguhnya dan memang seharusnya maknanya tidak boleh berubah. Namun karena terjadi pergeseran budaya dan perilaku para pemakai kata 'Insya Allah' tersebut maka seolah-olah maknanya bergeser. Padahal tidaklah demikian, dan akan tetap sama maknanya dulu dan sekarang hingga kelak dunia ini berakhir.

Mengapa saya katakan ada pergeseran makna? nah ikuti ulasannya, dan coba...

Kalau dahulu dan lebih-lebih di zaman Rasulullah kemudian dilanjut dengan para sahabat, kerabat, para jumhur ulama masih memiliki pengaruh kuat dizaman itu, maka kata Insya Allah sesungguhnya  nyaris bermakna atau berarti sebuah 'kepastian' kecuali Allah berkehendak lain. Artinya bahwa begitu beliau-beliau  mengucapkan kata 'Insya Allah' dalam sebuah janji, atau disaat beliau-beliau diminta untuk hadir pada suatu acara tertentu,  maka itu adalah suatu jaminan akan sebuah kepastian bahwa mereka akan datang, mereka akan menghadiri, mereka akan menepati janji apabila di tinjau dari sisi kapasitas mereka selaku 'manusia', terkecuali Allah berkehendak lain barulah hal itu tidak bisa terealisasi.

Namun dimasa sekarang, orang begitu gampang mengucapkan kata 'Insya Allah' sekalipun untuk sesuatu yang sebenarnya sulit untuk ia lakukan baik dipandang secara teknis, waktu, tempat, dan lainnya. Artinya sangat kecil kemungkinannya dapat ia penuhi. Bahkan tidak sedikit pula orang yang mengucapkan kata itu sesungguhnya sudah terbesit di dalam hatinya untuk tidak merealisasikan ucapannya itu. Ucapan itu sengaja disampaikan hanya dimaksudkan sekedar untuk pemanis.

Hanya saja, pemanis atau tidak pemanis, dengan ucapan itu tentu orang akan berharap kehadirannya, kedatangannya, ketepatan janjinya, dan lain-lain.

Semestinya agar tidak memberi harapan alangkah baiknya nyatakan saja dengan sejujurnya misalkan: Mohon maaf, saya tidak bisa memenuhi janji karena bla...bla...., sekali lagi mohon maaf yang sebesar-besarnya. dst. dst.

Namun nyatanya orang tetap mengatakan 'Insya Allah', sekali lagi..., walau untuk sesuatu yang tidak mungkin dapat ia lakukan. Karena dianggapnya bahwa pengertian atau makna kata 'Insya Allah' adalah hanya tergantung sikon dan tergantung perasaan hati belaka, bukan tergantung pada ketentuan Allah.

Inilah yang saya maksud pergeseran makna tadi.

Mohon maaf kalau aspek pandang saya berbeda dengan kawan-kawan. Tapi percaya saja, bahwa perbedaan itu rahmat bukan???

Klik di sini untuk melanjutkan

BAGAIMANA BENTUK PUJIAN KITA SELAMA INI KEPADA ALLAH ???

.

Kata 'Alhamdulillah' adalah kata pujian kepada Allah yang tidak asing ditelinga kita. Kata itu begitu gampangnya diucapkan dengan kata-kata, namun ada tetapinya.
Lalu, apakah tetapi yang dimaksud itu?  Untuk lebih jelasnya ikuti ulasannya lebih lanjut dengan menekan kata ini...

Jujur saja, telah amat banyak kita lihat bahwa ucapan Alhamdulillah yang keluar dari bibir si pengucap tidak semuanya terlahir dari lubuk hati terdalam.

Pada kebanyakannya kata itu sering terucap hanya sebagai bumbu-bumbu pemanis dari basa-basi seseorang manakala ia berkomunikasi dengan orang lain. Ekspresi wajah si penutur kata 'sakral' itu terlihat datar alias biasa-biasa saja sebagai pertanda bahwa pujian kepada Allah yang meluncur dari bibir penutur benar-benar sebatas lif service atau hiasan bibir belaka. Sehingga kata 'Alhamdulillah' hanya merupakan ucapan dan bukan ungkapan. Sehingga nilai ucapan itu pun di sisi Allah boleh jadi bernilai NOL karena Tuhan maha tahu bahwa tatkala kata itu meluncur dari bibir si penutur tidak didasari oleh 'rasa' kekaguman, ketakjuban, dan pengagungan kepada-Nya. Wajar apabila roman muka atau ekspresi wajah si penutur pun biasa-biasa saja, dan wajar pula apabila nilainya pun NOL di sisi Allah. Karena ucapan itu tanpa lahir dari ketulusan pujian hati kepada-Nya. Nyata sebatas basa-basi.

Padahal kata itu mengandung fadilat yang luar biasa besarnya. Ringan diungkapkan dan diucapkan namun berat timbangan pahalanya. Dan memiliki efek balik terhadap pribadi si penutur jikalau ia tulus dan benar-benar memuji Tuhannya, yaitu di hatinya sedikit-demi sedikit akan tumbuh dan tertanam kecintaan kepada Allah. Bagaimana tidak? yang namanya cinta tentulah di awali dengan kekaguman, ketakjuban, dan pengagungan, lantas berlanjut kepada mencintai. Itulah sebenarnya jalan mudah yang diberikan Tuhan kepada kita untuk menuju kecintaan kepadanya dan cintanya kepada kita kalau kita mau merenungkannya. Karena tuhan pastilah memberikan jalan kemudahan bukan jalan terjal yang berliku. Karena Tuhan pastilah mengasihi dan menyayangi hambanya.

Saatnyalah kita mulai selalu bersungguh-sungguh setiap menyikapai sesuatu yang berhubungan dengan Allah, tuhan seru sekalian alam, maha raja diraja, pemilik segalanya baik yang dilangit maupun di bumi. Oleh karenanya jangan sepelekan dan jangan palsukan setiap pujian dan syukur kita kepadanya. Aamiiin.

Klik di sini untuk melanjutkan

BAGAIMANA KITA BERSYUKUR SELAMA INI ???

.

Sudah benarkah cara kita mensyukuri nikmat Allah selama ini? Dan selalukah kita menghaturkan rasa syukur kita kepada Allah dalam kesehariaan kita?

Ini adalah sebuah pertanyaan yang hakikatnya tidak sesederhana sebagaimana yang acapkali kita ucapkan atau kita dengar dari tuturan para khatib di mimbar, para tuan guru di majlis-majlis ta'lim. Karena pada kenyataannya kita sering lupa mensyukuri ni'mat Allah setiap waktu.
Kita baru mengucapkan rasa syukur biasanya hanya pada moment-moment manakala kita ketimpaan rejeki berupa materi saja. Selain itu, kita jarang bersyukur pada Allah.

Inilah yang akan kita kupas sedikit di blog ini.

Wahai kawan-kawan yang seiman-seagama, Asumsi kebanyakan kita bahwa puji syukur kita panjatkan kehadirat Ilahi hanya manakala kita memperoleh sesuatu yang memberikan keuntungan secara materi atau diukur dengan sisi materi saja adalah tidak cukup. Masih terlalu pelit kita kalau begitu. Sebab nikmat Allah terlalu besar dan tak cukup waktu untuk kita merincinya setiap hari.

Bayangkan, kita diberi sehat, bisa makan, minum, berjalan, melihat, dan lain-lain dalam kesharian kita, apakah itu bukan nikmat Allah?. Dan kalau hal itu dianggap bukan nikmat Allah karena dianggap sesuatu yang sudah semestinya menjadi milik dan hak kita, maka coba Saudara bayangkan sekiranya gigi kamu saja di buat sakit bagaimana rasanya. Makan susah, tidur pun susah, emosi meningkat. Begitu pula halnya, sekiranya kamu dibuat tidak bisa buang air besar dan air kecil selama 24 jam saja, bagaimana rasanya?

Apakah sehat itu bukan nikmat Allah? apakah umur itu bukan nikmat Allah? Apakah mata sehat, tangan sehat, kaki sehat, telinga sehat, hidung sehat, dan seterusnya, kesemuanya itu bukan nikmat Allah?

Jelas semua itu adalah nikmat dan karunia yang besar dari Allah yang harus kita syukuri. Namun kita semua sering lalai sehingga dalam keseharian kita bisa jadi tak sekalipun kita menyampaikan rasa sykur kita kehadirat Sang Maha Pemberi Nikmat. Karena terbiasa mengukur karunia Allah hanya dari segi kebendaan saja oleh kita-kita.

Maka dari itu, Al-Gazali pernah mengatakan bahwa apabila dalam sehari hanya 300 kali saja kita bersyukur kepala Allah, itu baru pulang pokok. Dalam artian kita dianggap baru membayar utang nikmat kita kepada Allah, belum memiliki kelebihan untuk deposito akhirat.

Di samping itu, apabila kita mengucapkan syukur kepada Allah tatkala kita mendapatkan rejeki berupa harta benda saja, maka kita sesungguhnya mensyukuri sesuatu yang hanya berada pada urutan 301, bukan nikmat utama 1 sampai dengan 300. Nah, bagaimana Saudara muslimku yang lainnya?

Klik di sini untuk melanjutkan

JIWA SOSIAL YANG PLUS dan MINUS

.

Bagaimana melatih dan menumbuhkan kepakaan sosial pada diri kita agar kita tidak hanya pandai dan terampil mengatakannya saja namun tidak bisa juga mengimplementasikannya di tataran kehidupan nyata di masyarakat. Maka dari itu, simak ulasan lebih lanjut di blog ini.


Saya, kamu, dan kita semua pastilah pernah mengalami yang namanya kesusahan, kesulitan, dan merasa nafsi.

Lalu apa yang kita pikirkan disaat problematika seperti itu menyinggahi pada kita dan keluarga kita?

Tentunya yang kita harapkan adalah meminta kepada Allah dan selebihnya mengharapkan pula pertolongan dan bantuan orang lain agar persoalan yang kita alami bisa teratasi dengan manis sebagaimana yang sangat diharapkan.
Kita datang kepada si A berharap dapat pertolongan. Kemudian datang pula ke B begitu dengan si A tidak membuahkan hasil sebagaimana diharapkan. lalu kemudian datang lagi kepada si C dan seterusnya sampai bantuan itu kita dapatkan. Atau sampai persoalan itu berakhir dengan sendirinya termakan oleh waktu dengan hasil yang sangat tidak menyenangkan.

Dan coba bayangkan sekiranya kita datang kepada semuanya tadi dengan tanpa hasil, bagaimana rasanya dunia ini, sempit, kejam, menelantarkan, dan macam-macam rasa lainnya yang ada di hati dan benak kita.

Lalu bayangkan dan rasakan pula tatkala kita datang dengan maksud meminta pertolongan kepada A, B, C, dan seterusnya, lalu berhasil kepada satu di antaranya, bagaimana perasaan kita? tentu senang, bahagia, dunia terasa luas dan lapang, problem yang menghimpit seakan lenyap seketika. Perasaan bahagia, gembira, haru, bercampur aduk jadi satu. dan rasa terima kasih kita kepada si pulan yang membantu kita begitu luar biasanya dan tak terkira.

Nah, dari contoh kasus yang sesungguhnya adalah berupa ujian dari Allah tersebut kepada kita yang ditimpa persoalan, musibah,kesusahan, kesulitan, apakah kita berhasil lulus dengan baik untuk meningkatklan derajad kita di sisi Allah ataukah kita gagal dan harus mengulang lagi dikemudian hari, dan lagi-lagi tidak lulus.

Orang yang lulus ujian adalah orang yang pandai mengambil 'permata' atau hikmah di antara sekian banyak batu kerikil yang tak berguna disaat ujian itu usai.

Sekiranya kamu mengambil 'permata' pastilah kamu berjiwa sosial yang tinggi. Kepekaan sosialmu patut diakui. Kamu mengambil pembelajaran dari yang namanya merasakan 'kebahagian, kegembiraan, disaat orang lain menolong kamu. Oleh sebab itu kamu pandai menyalami perasaan orang lain yang juga apabila suatu ketika datang meminta pertolongan kepada kamu, lantas kamu bantu. Dan apabila tidak dibantu, kamu pun merasakan bagaimana rasanya gagal memperoleh pertolongan atau bantuan itu.

Namun bagi mereka yang tidak lulus terhadap ujian Allah, mereka biasanya memetik 'batu kerikil' bukan 'permata'. Akibatnya kepekaan sosialnya tidak terlahir di hati dan nalarnya.

Sikap orang yang tidak lulus biasanya tergambar apabila suatu ketika dia memperoleh kelapangan justru sikap balas dendamnya yang ada. Ungkapan pembenaran baginya biasanya adalah " Disaat saya sakit dahulu, mana ada orang yang membantu, sekarang saya pun masa bodoh dengan kesusahaan orang lain, harta ini adalah harta saya, usaha ini adalah usaha saya". Begitulah sering terlontar dari mulut-mulut orang yang gagal ujian dan tidak ingin meningkatkan derajatnya di sisi sang Khalik.
Sehingga watak yang menempel padanya hanyalah kekikiran dan kebakhilan belaka. Jiwa sosialnya minus.

Klik di sini untuk melanjutkan

PENDALAMAN PEMAHAMAN ASMAUL HUSNA

.

Betapa maha luar biasanya yang namanya Asmaul Husna "Arrahmaan & Arrahiim" itu kalau kita mau mendalaminya lebih jauh lagi. Kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari kita, semua ini tidak terlepas dari ke-maha Rahman-an dan Rahim Allah semata.
Belum yakin, atau masih belum jelas??? Mari ikuti uraiannya lebih lanjut!

Nah, biasanya kita atau kebanyakan dari kita maunya hanya ingin menghapal atau mengingat, atau mengetahui lebih jauh sejumlah 99 Asmaul Husna tersebut. Bahkan ada yang lebih extrem lagi, mencari-cari dan meraba-raba ke sana-ke mari mencari yang satu lagi agar genap 100 bilangan Asmaul Husna tersebut. Dan bagi yang tau, di jamin masuk surga. Begitu menurut anggapan sebagian manusia. Luar biasa, padahal Al-qur'an menyebutkan hanya 99 itu, tapi uniknya manusia memang suka yang di luar Al-qur'an nampaknya.

Lalu kemudian apakah tugas kita hanya menghapal, mengingat di luar kepala semua asmaul husna itu, bahkan di tambah dengan sedikit perjuangan mencari-cari jejak yang satu lagi?
Bukan kawan, bukan hanya sebatas itu Allah memperkenalkan 'Asma'nya kepada kita selaku makhluk ini. Ada yang lebih prinsip lagi selain itu, yaitu kita hendaknya menghayati, memahami,mengenali, bahkan kalau bisa menerapkan dalam perilaku hidup dan kehidupan. Dengan begitu akan memunculkan rasa kekaguman, ketakjuban, dan kecintaan kita kepada Allah SWT sang pemilik nama..

Bayangkan, bagaimana kita tidak kagum, takjub,hormat dan cinta kepadanya karena dengan ke-maha Rahman-Rahimnya, siapa pun Allah perlakukan dengan 'kemurahan dan kasih sayangnya' terlebih dahulu, jauh mendahului kemurkaannya. Kecuali seseorang itu sudah sangat zalim terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
Beda kalau kita manusia.

Contohnya; Dalam keseharian Allah selalu memberikan rahmat dan karunia berupa makanan, minuman, dan lain-lain kepada semua makhluk, entah itu makhluk yang kenal dengan Allah atau yang tidak kenal sekalipun. Entah itu manusia yang beriman kepadanya ataupun yang durhaka kepadanya, Entah itu makhluk yang selalu menyebut-nyebut kebaikan Allah maupun makhluk yang menjelek-jelekkan bahkan mendustakan Allah. Entah itu manusia yang berbakti kepada orang tua maupun manusia yang durhaka kepada orang tuanya, dan lain-lain. Kesemuanya itu Allah perlakukan dengan mengutamakan 'kemuarahan dan kasih sayangnya.

Bayangkan kalau sekiranya bukan Allah yang tuhan kita, sekiranya kita manusia yang jadi tuhan tentu kita akan sesegeranya membinasakan makhluk-makhluk yang durjana itu. Yang kita perlakukan baik kecuali terhadap mereka yang hanya taat kepada kita. Tapi tuhan tidak, tetap kemurahan dan kasih sayangnya yang diutamakannya.
Kalau kita manusia, biasanya kita akan memberikan sesuatu tentu hanya kepada orang yang baik kepada kita, yang jahat jangan harap. Tapi tuhan tidak, jahat atau tidak jahat seseorang, Allah tidak lalu serta merta menghukumnya. Kecuali seseorang itu sudah sangat luar biasa rusaknya, tak dapat di tolerir lagi baru Allah menegurnya sedikit dengan teguran penyadaran.
Selanjutnya, kalau kita manusia, jikalau kebetulan mendengar dan melihat remaja main kebut-kebutan saja dengan suara mesin motor yang memecahkan genderang telinga dan ugal-ugalan, tentu sumpah serapah yang kita keluarkan, bahkan doa kita menghendaki si pengebut itu mendapat celaka seketika, biar tahu rasa. Kalau Allah tidak serta merta, tetap selamat orang yang ngebut. Kecuali ada hal khusus berdasarkan rahasia ilmu tuhan seseorang itu celaka. Buktinya yang mengalami kecelakaan bukan hanya pengebut, yang tidak ngebut pun sering celaka.
Dan banyak lagi contoh kemurahan dan kasih sayang Allah yang tidak mungkin dibeberkan satu persatu dib log ini.

Namun cukup sekelumit gambaran yang ada untuk kita jadikan contoh dalam memaknai Asmaul Husna yang bukan hanya sebatas untuk dihapal, diingat, tapi juga dipahami, dihayati, diamalkan, dan syukur-syukur bisa diterapkan sehingga kita mampu menjadi khalifah di muka bumi ini.

Klik di sini untuk melanjutkan

SEPULUH MACAM UNTUK UJI KELAYAKAN SHOLAT KITA

.

Patut kita pertanyakan kepada diri kita masing-masing bahwa sudah benarkah sholat kita. Kalau ya, maka benarkah segala tindak tanduk dan laku perbuatan keseharian kita sudah tercegah dari "Perbuatan Keji dan Munkar?" sebagaimana ketetapan Allah dalam Al-qura'an yang mengatakan bahwa 'Sholat mampu mencegah seseorang yang aktif sholatnya untuk terhindar dari perbuatan keji dan munkar'.


Faktanya, banyak sekali orang yang sholat jum'at, sholat lima waktu, bahkan ditambah pula dengan sholat sunnat lainnya, toh masih tidak menjadikan orang yang sholat tersebut memiliki akhlaqul karimah. Masih tetap memiliki penyakit hati, suka menggunjing, menggibah, takabur, sombong, iri, dengki, congkak dan macam-macam penyakit hati yang lainnya. Sepertinya sholatnya hanya dapat menghindarkan sesorang manakala dilaksanakan prosesi ritual sholat saja, di luar itu kembali tabi'at - tabi'at tidak baik dilakukan sadar atau pun tidak sadar. Disengaja maupun tidak disengaja.

Lantas, pertanyaan kita, "Apakah firman Allah yang keliru ataukah sholat kita yang salah, meskipun telah benar secara hukum fiqih?" Jawabnya tentulah sholat kita yang belum pas bukan firman Allah yang keliru. Karena Allah Maha Benar dengan segala firmannya.

Lalu dimana letak kesalahan sholat kita? Jawabnya ada banyak kesalahan, di antaranya:
1. Yang sholat cuman raga kita, roh beserta hati lalai dari sholat.


2. Ketidakmengertian akan maknawi dari setiap bentuk gerakan sholat, sehingga hati/jiwa tidak pernah melakukan penghambaan yang tulus di saat ragawi ruku' dan sujud.


3. Kefasihan lidah terhadap bacaan-bacaan peribadatan sholat tidak diperhatikan oleh sang hati. Hati sibuk dengan aktifitasnya sendiri. Hati tidak sedang bersholat di kala ragawi sholat dengan tertib dan tawajuh. Sehingga terjadilah tawajuh raga yang dibuat-buat seakan khusyu', lalu hasilnya hampa dan tak membekas begitu sholat usai dikerjakan. Itu sebabnya, bubar sholat aktivitas munkarat lagi-lagi dikerjakan baik dalam bentuk maksiat hati maupun maksiat tubuh dan hati.


4. Terlalu sering bahkan hampir sepanjang waktu sholat, kita sering memunculkan yang bukan tuhan di hati dan pikiran kita.


5. Sholat dipandang sebagai kewajiban belaka sehingga terasa membebani dan jadilah sholat sebatas aktivitas rutinitas yang tak memberi bekas. Semestinya sholat dipandang sebagai sarana mi'rajnya kita untuk menghadap, bertemu, berbicara, bermunajat, dan bersimpuh dihadapan sang maha raja diraja yang mengasihi kita, dengan begitu kita pun akan merasakan ni'matnya sholat shingga kita mencintai dan selalu merindukan waktu-waktu sholat.


6. Merasa pengetahuan sholat kita sudah terkuasai dari A sampai Z, sehingga kita seakan tidak memerlukan lagi kajian ulang pelajaran sholat. Padahal beberapa dari pelajaran sholat yang mendasar sudah banyak kita abaikan. Yang teringat hanya ajaran globalnya saja, detilnya sudah banyak yang menguap dari ingatan kita. Terutama sekali dari masalah bersuci sampai berwudhu saja kita sudah enggan membolak-balik buku-buku referensi. Karena hal itu dianggap semisal pelajaran TK, yang hapal di luar kepala. Padahal banyak kita lihat bahwa sudah banyak pembelokan tata cara berwudhu yang semestinya. Kebanyakan kita kalau berwudhu sudah banyak yang tidak lagi memasukkan unsur-unsur sunat di dalamnya. Dan berwudhu pun terlihat agak tergesa-gesa. Sepanjang berwudhu pikiran ngelantur ke-mana-mana. Akibatnya, wudhu pun kehilngan kesempurnaan. Dan kalau wudhu saja sudah tidak sempurna, ya jelas sholat kita pun pastilah tidak sempurna pula.



7. Tata cara sholat kita sudah banyak sekali bergeser dari tata cara sholatnya rasulullah dan para shabat nabi. Ini dikarenakan lagi-lagi bahwa kita sudah merasa hapal di luar kepala, padahal yang namanya manusia memiliki tabi'at yang suka menyimpang, tidak lurus. dan suka membelok. Sehingga dari setiap kita semua dalam bersholat terlihat ketidak seragaman setiap gerakan sholat yang kita lakukan sekalipun dalam majelis yang sama. Nampaknya ada keengganan dari kita semua untuk sering-sering me'refresh' ilmu pengetahuan tentang sholat kita dari kajian yang mendasar.



8. Sholat kita sudah dimasuki unsur-unsur kesombongan, ria, penampakan, dan bahkan terkadang dimasuki event-event perpolitikan. Sehingga sholat terkadang dijadikan sarana seremonial keduniawian.



9. Afdalussholat di awal waktu sudah tidak membuat kita tertarik lagi untuk melaksanakannya. Kita lebih sering memilih mengulur-ngulur waktu. Berarti kita seakan-akan tidak terlalu membutuhkan tuhan, sekalipun seruan azan sudah berkumandang tanda waktu untuk mi'raj telah dimulai. Tuhan seakan-akan dinomorsekiankan dibanding dengan lain-lainnya di muka bumi ini.



10. Roh ibadah sholat seakan sudah sekarat. Yang tersisa hanya gerakan atau aktivitas jasmani, sedangkan rohani tidak diikutsertakan. Jadilah kekosongan dan kehampaan. Sholat yang kita lakukan tidak bernilai sholat dimata penduduk langit. Sehingga wajar sholat yang kita lakukan tidak mampu mencegah kita dari melakukan perbuatan keji dan munkar.

Klik di sini untuk melanjutkan

AMALAN DAN KETULUSAN

.

Seberapa tulus Sholawat Nabi yang kita amalkan mewiridnya dalam keseharian kita? Karena banyak sekali buku-buku terbitan dari penerbit yang berkelas sampai yang NOL kelas membahas tentang faedah dari membaca atau mengamalkan bacaan sholawat nabi lengkap dengan jenis dan macam sholawat serta jumlah hitungan hari dan bilangan waktu yang baik untuk mewiridkannya serta efek baliknya kepada si pengamal itu sendiri setelah sekian hari, atau bulan mengamalkannya.

Semua itu menggoda setiap orang yang kebetulan membaca ulasan uraian buku itu. Lantas, serta merta mengamalkannya. Mengejar jumlah bilangan hari atau bulan sebagimana ujaran di buku. Dan setelahnya, lalu menanti-nanti faedah atau umpan balik sebagaimana yang diujarkan dalam buku itu.

Apakah hanya itu yang kita cari? Tidak tentunya.

Usahakanlah membaca sholawat nabi itu tidak dipengaruhi oleh iming-iming duniawi belaka, sebab kalau hanya tergiur dengan fadhilatnya saja, apalagi termotivasi oleh materi kebendaan dunia, maka dapat dipastikan bahwa bacaan kita itu tidak tulus karena Allah, tapi "Nawaitu Lil Dunya" semata.

Hati kita tidak benar-benar tulus mendoakan nabi, kesejahteraan bagi nabi, keluarga nabi, kehadirat Allah SWT. Namun apa yang kita baca hanya sebatas komat-kamit di bibir, tidak disertai kecintaan kepada baginda nabi. Sebaliknya, kita termotivasi membaca sholawat hanya karena terdorong kecintaan dengan harta benda yang sesungguhnya fana ini serta kewibawaan dunia sekejap.

Akibatnya, begitu sudah sekian hari, bulan, bahkan tahun diamalkan sholawat itu ternyata tetap tidak ada tanda-tanda perubahan sebagaimana fadhilat dalam buku, maka kita mulai kecewa dan akhirnya stop mengamalkannya.

Itulah yang sering terjadi di masyarakat kita.

Setiap amaliah yang dilakukan kebanyakan terdorong oleh sekedar nafsu dunia saja. Sehingga amalan bukannya tambah mendekatkan diri kepada tuhan dan menambah kecintaan kepada nabi, malahan bisa sebaliknya.

Mulailah kita perbaiki setiap niat hati kita. Belajarlah untuk selalu tulus ikhlas semata kepada Allah, tidak diduakan dengan embel-embel lainnya. Dengan begitu, perlahan namun pasti, efek baliknya pastilah akan menyertai, karena Allah maha kasih. Tapi jangan dibalik niatnya. Ya kan ???

Klik di sini untuk melanjutkan

MAKAM WALI ALLAH DI MARABAHAN

.

Beruntung saya tinggal di dekat makamnya seorang waliyullah sehingga saya kalau mau ziarah ke makam wali tidak perlu menempuh perjalanan jauh, tidak memerlukan sarana angkutan, tidak memerlukan biaya atau ongkos.

Rumah saya persis di depan gerbang kubah "Syech Datoek Haji Abdussamad" yang juga merupakan keturunan "Alimul Alamah Syech Arsyad Al-Banjari".


Orang sudah mulai banyak mengenal "Syech Datoek Haji Abdussamad" ini. Terbukti banyak penziarah yang datang dari kabupaten yang ada di Kalimantan Selatan.

Penziarah yang datang ke makam, ada yang melewati sungai dan banyak pula yang melewati darat. Apalagi saat ini kalau ke Marabahan, ibukotanya Barito Kuala, tidak perlu lagi menggunakan ferry penyebarangan sebagaimana yang dirasakan di masa-masa lampau, karena telah terbangun jembatan rumpiang yang cukup menawan, "copy paste-nya" jembatan yang ada di Australia sana, he...he...he...

Nah lain kali akan saya ceritakan; Apa, Siapa dan Bagaimananya Kubah yang dekat dengan rumah saya ini.

Klik di sini untuk melanjutkan
 
BAMARA ON CU AI