DIINGAT, DIRENUNGKAN, DIRASAKAN, DAN DISELAMI...

.

Coba diingat-ingat, direnungkan, dirasakan, dan diselami manakala saudara kandung kita suatu ketika datang ke kita untuk minta bantuan barang sedikit atau banyak! Pasti pernah bukan? Maka...,

Usahakanlan jangan memberi jawaban yang menggambarkan ketidakpedulian kita, ketidakpekaan perasaan kita, ketidakingintahuan kita terhadap kebutuhan, terhadap persoalan yang ia hadapi. Lantas kita berucap "tidak ada, atau tidak punya, atau cari sendiri di lain", dan seterusnya. Padahal ia datang dengan wajah memelas, minta dikasihani, menandakan betapa butuhnya ia dengan pertolongan kita selaku saudaranya yang sedarah, seketurunan??? Janganlah demikian sobat, mangapa???

Karena, jangankan saudara kandung kita, orang lain pun kalau mampu kita bantu, kita beri bantuan. Apalagi terhadap saudara kandung kita yang sedarah dan satu garis keturunan. Karena manakala satu diantara saudara kita ada keperluan mendesak, ada persoalan yang harus ia selesaikan, maka yang ada dalam benaknya setelah terlebih dahulu memohon kepada Tuhan, pastilah kita-kita selaku saudara-saudaranya yang ia harapkan dengan sangat untuk dapat memberi bantuan jalan keluar baginya.

Sekarang, apakah kita tega membiarkan saudara kita menanggung sendiri beban persoalannya, kesulitannya, kesusahannya, kenestapaan nasib dirinya, terlebih jikalau terhadap saudara perempuan kita? Apakah kita tega melihatnya menuai kehampaan saja dari kita? Padahal kita saudaranya, namun kita bersikap masa bodoh, cuek, apatis, tak acuh. Lalu dimana nurani kita? Tegakah kita melihat wajah saudara kita yang kusut masai, resah, gundah gulana, galau dalam kesusahan? Padahal ia adalah salah satu darah daging kita juga yang sedang butuh pertolongan, butuh perhatian, kebersamaan kepada kita-kita selaku saudaranya dalam menangani persoalannya? Tentunya tidak buka???

Dan kalau pun kita tidak mampu juga memberi bantuan dalam bentuk materi, usahakan memberi bantuan dengan perhatian, pemikiran, saran, pendapat, dengan santun, ramah, menunjukkan rasa solider dan tidak perlu ada nada menyalahkan yang bermaksud memojokkannya. Karena moment kala seperti itu bukan menyalahkan yang tepat. Tetapi kita seharusnya berkewajiban pula turut serta menyelesaikan persoalannya secara bersama-sama dengan saudara kita yang lainnya.

Di sinilah sesungguhnya nurani kita diasah, diuji, diukur, ditimbang, seberapa tinggi nilai kita dalam memelihara ukhuwah, mempererat tali silaturrahim. Dimulai dari lingkungan rumah tangga, keluarga, melebar ke tetangga, ke lingkungan masyarakat sekitar kita.

Dan sesungguhnya, kepekaan nurani itu kalau kita latih, kita biasakan, kita tempa, terus dan terus lagi, ternyata memberikan kebahagian, kedamaian, kesejukan, ketentraman, kelembutan, di mata bathin kita. Itulah di antara yang diajarkan nabi kita dalam memperbagus akhlak kita-kita ini sobat.

 
BAMARA ON CU AI