SEPULUH MACAM UNTUK UJI KELAYAKAN SHOLAT KITA

.

Patut kita pertanyakan kepada diri kita masing-masing bahwa sudah benarkah sholat kita. Kalau ya, maka benarkah segala tindak tanduk dan laku perbuatan keseharian kita sudah tercegah dari "Perbuatan Keji dan Munkar?" sebagaimana ketetapan Allah dalam Al-qura'an yang mengatakan bahwa 'Sholat mampu mencegah seseorang yang aktif sholatnya untuk terhindar dari perbuatan keji dan munkar'.


Faktanya, banyak sekali orang yang sholat jum'at, sholat lima waktu, bahkan ditambah pula dengan sholat sunnat lainnya, toh masih tidak menjadikan orang yang sholat tersebut memiliki akhlaqul karimah. Masih tetap memiliki penyakit hati, suka menggunjing, menggibah, takabur, sombong, iri, dengki, congkak dan macam-macam penyakit hati yang lainnya. Sepertinya sholatnya hanya dapat menghindarkan sesorang manakala dilaksanakan prosesi ritual sholat saja, di luar itu kembali tabi'at - tabi'at tidak baik dilakukan sadar atau pun tidak sadar. Disengaja maupun tidak disengaja.

Lantas, pertanyaan kita, "Apakah firman Allah yang keliru ataukah sholat kita yang salah, meskipun telah benar secara hukum fiqih?" Jawabnya tentulah sholat kita yang belum pas bukan firman Allah yang keliru. Karena Allah Maha Benar dengan segala firmannya.

Lalu dimana letak kesalahan sholat kita? Jawabnya ada banyak kesalahan, di antaranya:
1. Yang sholat cuman raga kita, roh beserta hati lalai dari sholat.


2. Ketidakmengertian akan maknawi dari setiap bentuk gerakan sholat, sehingga hati/jiwa tidak pernah melakukan penghambaan yang tulus di saat ragawi ruku' dan sujud.


3. Kefasihan lidah terhadap bacaan-bacaan peribadatan sholat tidak diperhatikan oleh sang hati. Hati sibuk dengan aktifitasnya sendiri. Hati tidak sedang bersholat di kala ragawi sholat dengan tertib dan tawajuh. Sehingga terjadilah tawajuh raga yang dibuat-buat seakan khusyu', lalu hasilnya hampa dan tak membekas begitu sholat usai dikerjakan. Itu sebabnya, bubar sholat aktivitas munkarat lagi-lagi dikerjakan baik dalam bentuk maksiat hati maupun maksiat tubuh dan hati.


4. Terlalu sering bahkan hampir sepanjang waktu sholat, kita sering memunculkan yang bukan tuhan di hati dan pikiran kita.


5. Sholat dipandang sebagai kewajiban belaka sehingga terasa membebani dan jadilah sholat sebatas aktivitas rutinitas yang tak memberi bekas. Semestinya sholat dipandang sebagai sarana mi'rajnya kita untuk menghadap, bertemu, berbicara, bermunajat, dan bersimpuh dihadapan sang maha raja diraja yang mengasihi kita, dengan begitu kita pun akan merasakan ni'matnya sholat shingga kita mencintai dan selalu merindukan waktu-waktu sholat.


6. Merasa pengetahuan sholat kita sudah terkuasai dari A sampai Z, sehingga kita seakan tidak memerlukan lagi kajian ulang pelajaran sholat. Padahal beberapa dari pelajaran sholat yang mendasar sudah banyak kita abaikan. Yang teringat hanya ajaran globalnya saja, detilnya sudah banyak yang menguap dari ingatan kita. Terutama sekali dari masalah bersuci sampai berwudhu saja kita sudah enggan membolak-balik buku-buku referensi. Karena hal itu dianggap semisal pelajaran TK, yang hapal di luar kepala. Padahal banyak kita lihat bahwa sudah banyak pembelokan tata cara berwudhu yang semestinya. Kebanyakan kita kalau berwudhu sudah banyak yang tidak lagi memasukkan unsur-unsur sunat di dalamnya. Dan berwudhu pun terlihat agak tergesa-gesa. Sepanjang berwudhu pikiran ngelantur ke-mana-mana. Akibatnya, wudhu pun kehilngan kesempurnaan. Dan kalau wudhu saja sudah tidak sempurna, ya jelas sholat kita pun pastilah tidak sempurna pula.



7. Tata cara sholat kita sudah banyak sekali bergeser dari tata cara sholatnya rasulullah dan para shabat nabi. Ini dikarenakan lagi-lagi bahwa kita sudah merasa hapal di luar kepala, padahal yang namanya manusia memiliki tabi'at yang suka menyimpang, tidak lurus. dan suka membelok. Sehingga dari setiap kita semua dalam bersholat terlihat ketidak seragaman setiap gerakan sholat yang kita lakukan sekalipun dalam majelis yang sama. Nampaknya ada keengganan dari kita semua untuk sering-sering me'refresh' ilmu pengetahuan tentang sholat kita dari kajian yang mendasar.



8. Sholat kita sudah dimasuki unsur-unsur kesombongan, ria, penampakan, dan bahkan terkadang dimasuki event-event perpolitikan. Sehingga sholat terkadang dijadikan sarana seremonial keduniawian.



9. Afdalussholat di awal waktu sudah tidak membuat kita tertarik lagi untuk melaksanakannya. Kita lebih sering memilih mengulur-ngulur waktu. Berarti kita seakan-akan tidak terlalu membutuhkan tuhan, sekalipun seruan azan sudah berkumandang tanda waktu untuk mi'raj telah dimulai. Tuhan seakan-akan dinomorsekiankan dibanding dengan lain-lainnya di muka bumi ini.



10. Roh ibadah sholat seakan sudah sekarat. Yang tersisa hanya gerakan atau aktivitas jasmani, sedangkan rohani tidak diikutsertakan. Jadilah kekosongan dan kehampaan. Sholat yang kita lakukan tidak bernilai sholat dimata penduduk langit. Sehingga wajar sholat yang kita lakukan tidak mampu mencegah kita dari melakukan perbuatan keji dan munkar.

 
BAMARA ON CU AI