BAGAIMANA KITA BERSYUKUR SELAMA INI ???

.

Sudah benarkah cara kita mensyukuri nikmat Allah selama ini? Dan selalukah kita menghaturkan rasa syukur kita kepada Allah dalam kesehariaan kita?

Ini adalah sebuah pertanyaan yang hakikatnya tidak sesederhana sebagaimana yang acapkali kita ucapkan atau kita dengar dari tuturan para khatib di mimbar, para tuan guru di majlis-majlis ta'lim. Karena pada kenyataannya kita sering lupa mensyukuri ni'mat Allah setiap waktu.
Kita baru mengucapkan rasa syukur biasanya hanya pada moment-moment manakala kita ketimpaan rejeki berupa materi saja. Selain itu, kita jarang bersyukur pada Allah.

Inilah yang akan kita kupas sedikit di blog ini.

Wahai kawan-kawan yang seiman-seagama, Asumsi kebanyakan kita bahwa puji syukur kita panjatkan kehadirat Ilahi hanya manakala kita memperoleh sesuatu yang memberikan keuntungan secara materi atau diukur dengan sisi materi saja adalah tidak cukup. Masih terlalu pelit kita kalau begitu. Sebab nikmat Allah terlalu besar dan tak cukup waktu untuk kita merincinya setiap hari.

Bayangkan, kita diberi sehat, bisa makan, minum, berjalan, melihat, dan lain-lain dalam kesharian kita, apakah itu bukan nikmat Allah?. Dan kalau hal itu dianggap bukan nikmat Allah karena dianggap sesuatu yang sudah semestinya menjadi milik dan hak kita, maka coba Saudara bayangkan sekiranya gigi kamu saja di buat sakit bagaimana rasanya. Makan susah, tidur pun susah, emosi meningkat. Begitu pula halnya, sekiranya kamu dibuat tidak bisa buang air besar dan air kecil selama 24 jam saja, bagaimana rasanya?

Apakah sehat itu bukan nikmat Allah? apakah umur itu bukan nikmat Allah? Apakah mata sehat, tangan sehat, kaki sehat, telinga sehat, hidung sehat, dan seterusnya, kesemuanya itu bukan nikmat Allah?

Jelas semua itu adalah nikmat dan karunia yang besar dari Allah yang harus kita syukuri. Namun kita semua sering lalai sehingga dalam keseharian kita bisa jadi tak sekalipun kita menyampaikan rasa sykur kita kehadirat Sang Maha Pemberi Nikmat. Karena terbiasa mengukur karunia Allah hanya dari segi kebendaan saja oleh kita-kita.

Maka dari itu, Al-Gazali pernah mengatakan bahwa apabila dalam sehari hanya 300 kali saja kita bersyukur kepala Allah, itu baru pulang pokok. Dalam artian kita dianggap baru membayar utang nikmat kita kepada Allah, belum memiliki kelebihan untuk deposito akhirat.

Di samping itu, apabila kita mengucapkan syukur kepada Allah tatkala kita mendapatkan rejeki berupa harta benda saja, maka kita sesungguhnya mensyukuri sesuatu yang hanya berada pada urutan 301, bukan nikmat utama 1 sampai dengan 300. Nah, bagaimana Saudara muslimku yang lainnya?

 
BAMARA ON CU AI