JIWA SOSIAL YANG PLUS dan MINUS

.

Bagaimana melatih dan menumbuhkan kepakaan sosial pada diri kita agar kita tidak hanya pandai dan terampil mengatakannya saja namun tidak bisa juga mengimplementasikannya di tataran kehidupan nyata di masyarakat. Maka dari itu, simak ulasan lebih lanjut di blog ini.


Saya, kamu, dan kita semua pastilah pernah mengalami yang namanya kesusahan, kesulitan, dan merasa nafsi.

Lalu apa yang kita pikirkan disaat problematika seperti itu menyinggahi pada kita dan keluarga kita?

Tentunya yang kita harapkan adalah meminta kepada Allah dan selebihnya mengharapkan pula pertolongan dan bantuan orang lain agar persoalan yang kita alami bisa teratasi dengan manis sebagaimana yang sangat diharapkan.
Kita datang kepada si A berharap dapat pertolongan. Kemudian datang pula ke B begitu dengan si A tidak membuahkan hasil sebagaimana diharapkan. lalu kemudian datang lagi kepada si C dan seterusnya sampai bantuan itu kita dapatkan. Atau sampai persoalan itu berakhir dengan sendirinya termakan oleh waktu dengan hasil yang sangat tidak menyenangkan.

Dan coba bayangkan sekiranya kita datang kepada semuanya tadi dengan tanpa hasil, bagaimana rasanya dunia ini, sempit, kejam, menelantarkan, dan macam-macam rasa lainnya yang ada di hati dan benak kita.

Lalu bayangkan dan rasakan pula tatkala kita datang dengan maksud meminta pertolongan kepada A, B, C, dan seterusnya, lalu berhasil kepada satu di antaranya, bagaimana perasaan kita? tentu senang, bahagia, dunia terasa luas dan lapang, problem yang menghimpit seakan lenyap seketika. Perasaan bahagia, gembira, haru, bercampur aduk jadi satu. dan rasa terima kasih kita kepada si pulan yang membantu kita begitu luar biasanya dan tak terkira.

Nah, dari contoh kasus yang sesungguhnya adalah berupa ujian dari Allah tersebut kepada kita yang ditimpa persoalan, musibah,kesusahan, kesulitan, apakah kita berhasil lulus dengan baik untuk meningkatklan derajad kita di sisi Allah ataukah kita gagal dan harus mengulang lagi dikemudian hari, dan lagi-lagi tidak lulus.

Orang yang lulus ujian adalah orang yang pandai mengambil 'permata' atau hikmah di antara sekian banyak batu kerikil yang tak berguna disaat ujian itu usai.

Sekiranya kamu mengambil 'permata' pastilah kamu berjiwa sosial yang tinggi. Kepekaan sosialmu patut diakui. Kamu mengambil pembelajaran dari yang namanya merasakan 'kebahagian, kegembiraan, disaat orang lain menolong kamu. Oleh sebab itu kamu pandai menyalami perasaan orang lain yang juga apabila suatu ketika datang meminta pertolongan kepada kamu, lantas kamu bantu. Dan apabila tidak dibantu, kamu pun merasakan bagaimana rasanya gagal memperoleh pertolongan atau bantuan itu.

Namun bagi mereka yang tidak lulus terhadap ujian Allah, mereka biasanya memetik 'batu kerikil' bukan 'permata'. Akibatnya kepekaan sosialnya tidak terlahir di hati dan nalarnya.

Sikap orang yang tidak lulus biasanya tergambar apabila suatu ketika dia memperoleh kelapangan justru sikap balas dendamnya yang ada. Ungkapan pembenaran baginya biasanya adalah " Disaat saya sakit dahulu, mana ada orang yang membantu, sekarang saya pun masa bodoh dengan kesusahaan orang lain, harta ini adalah harta saya, usaha ini adalah usaha saya". Begitulah sering terlontar dari mulut-mulut orang yang gagal ujian dan tidak ingin meningkatkan derajatnya di sisi sang Khalik.
Sehingga watak yang menempel padanya hanyalah kekikiran dan kebakhilan belaka. Jiwa sosialnya minus.

 
BAMARA ON CU AI